PELESTARIAN DAUN LONTAR DI GEDONG KIRTYA, BULELENG, BALI

Jefri Wicaksono
D1814054
19 Desember 2016

Pendahuluan
Gedong Kirtya sebagai salah satu tempat untuk menyimpan sumber informasi dari daun lontar mempunyai tugas untuk mengolah, dan menyajikan koleksinya lontarnya agar dapat dinikmati dan dimanfaatkan oleh pengguna secara baik. Untuk menjaga kondisi lontar tersebut agar tidak rusak diperlukan suatu tindakan dan penanganan agar memperlambat proses kerusakan dan bertujuan untuk mempertahankan informasi dari daun lontar tersebut.

Dibutuhkan sebuah tindakan dan penanganan yang tepat untuk memelihara, menyimpan, dan menangani lontar karena usianya yang sudah sangat tua, metode penanganan tersebut yang dapat disebut dengan kegiatan preservasi. Menurut Darmono, Preservasi sendiri mencakup unsur-unsur pengelolaan dan keuangan, termasuk cara menyimpan dan alat-alat bantunya, tingkat dan kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan kebijaksanaan, teknik, dan metode yang diterapkan untuk melestarikan bahan-bahan pustaka dan arsip serta informasi yang dikandungnya. (Darmono, 84:2007)

Lalu menurut IFLA preservasi adalah kegiatan yang meliputi pertimbangan manajerial dan finansial mengenai tempat penyimpanan dan akomodasi, tingkat kepegawaian, kebijakan, teknis dan metode yang terlibat di dalam kegiatan preservasi perpustakaan arsip dan informasi yang terkandung di dalamnya (IFLA, 1986)

Dari kedua pengertian preservasi diatas dapat disimpulkan bahwa preservasi adalah kegiatan yang meliputi pengelolaan unsur-unsur pokok mengenai tempat penyimpanan, keuangan, tata cara pengelolaan, cara penyimpanan, teknik dan metode yang dilakukan guna memperlambat kerusakan suatu koleksi perpustakaan.

Sejarah Gedong Kirtya

Gedong Kirtya dibangun pada 2 Juni 1928 oleh L.J.J. Caron yang pada saat itu menjabat sebagai kepala pemerintahan di Bali dan Lombok pada saat era pemerintahan kolonial Belanda, dibantu dengan penelitian mendalam tentang kebudayaan bali dan bahasa oleh F.A Liefrienk dan Dr. N. Van der Tuuk. Kata “Gedong” yang berarti bangunan serta “Kirtya” yang berarti berusaha keras atas inisiatif dari Raja Buleleng, I Gustu Putu Djelantik. Pada saat ini Gedong Kirtya berlokasi di Kompleks Sasana Budaya, bertempat di Puri Agung yaitu istana lama kerajaan Buleleng. Atas inisiatif Drs. Ketut Wirata Sindhu akhirnya pada tahun 2008 beliau merenovasi Perpustakaan Gedong Kirtya menjadi Museum. Digawangi oleh pemerintah setempat yang akhirnya memutuskan Drs. Wirata Sindhu sebagai kepala unit teknis dan Ketut Darnas sebagai wakil ketua dan setelah itu museum menjadi satu bagian dengan Kompleks Sasana Budaya yang sekarang menjadi bagian pariwisata lokal bali.

Lontar (dari bahasa Jawa: ron tal, “daun tal”) adalah daun siwalan atau tal (Borassus flabellifer atau palmyra) yang dikeringkan dan dipakai sebagai bahan naskah dan kerajinan. Artikel ini terutama membahas lontar sebagai bahan naskah manuskrip.

Naskah lontar di Museum Gedong Kirtya berisi tentang ilmu pengobatan tradisional Bali, seni arsitektur Bali, sistem kalender Bali, sejarah, mantra-mantra dan masih banyak lagi. Oleh karena itu naskah-naskah tersebut menjadi landasan dari adat istiadat, upacara keagamaan dan bahkan keyakinan di Bali.

Koleksi

Di perpustakaan ini terdapat ribuan koleksi manuskrip daun lontar, prasasti, manuskrip kertas dalam bahasa Bali dan huruf Romawi termasuk dokumen-dokumen dari zaman kolonial (1901-1953). Daftar lontar di Museum Gedung Kirtya antara lain :

  1. WEDA (Bali)
  2. Weda : Weda Indik Maligia, Weda Pangentas, Weda Panglukatan, Weda Sawawedana.
  3. Mantra : Atmaraksa, Pabersihan, Pangastawa, Pujastawa, Tirta Gamana.
  4. Kalpasastra : Banten Pangentas, Bebantenan, Caru Suci, Indik Galungan, Manca Balikrama, Pacecaron, Pangabenan, Pawintenan, Plutuk, Sangkul putih.
  1. AGAMA
  2. Palakerta : Agama, Purwadigama, Awig-awig, Kerta ring Sawah, Stri Sanggraha, Pamastuning, Cor, Widi Pamincatan, Adigama, Paswara, Kutaragama.
  3. Sesana : Dasa Sila, Dewa Sesana, Kerta Bujangga, Mantra Sesana, Putra Sesana, Raja Sesana, Resi Sesana, Sarasamuscaya, Sila Krama, Sila Sesana Sang Prabu.
  4. Niti : Niti Praja, Niti Sastra, Raja Niti.
  1. WARIGA
  2. Wewaran : Ala Ayuning Dewasa, Ala Ayuning Wuku, Palelintangan, Pangalihan Dina, Pawacakan, Sadreta, Suryamandala, Tenung Astawara, Tenung Pawetuan anut wuku, Tetenger Sasih
  3. Tutur Upadesa : Aji Kalepasan, Atma Tattwa, Badawang Nala, Singaraja Swarga, Brahmandapurana Buanakosa, Catur Janma, Darma Bayu, Darma Putus, Kamoksan, Purwa Bumi , Rwabineda, Siwatiga Tantu Pagelaran, Tutur Pralina
  4. Kanda : Asta Kosali, Cacakan ayam, Canda (warga aksara), Dasa nama, Guru Lagu, Kanda Sastra Kertabasa, Kruna lingga, Panerangan, Pangayam-ayam, Pangeger, Pangiwa, Pangujanan, Paramasastra, Paribasa, Pemanes Karang, Pengasihasih, Piodalan, Siksan Kedis, Smara Kanda, Swara Wianjana, Wrettasancaya
  5. Anusada : Bebayon, Buda Kecapi, Pakakas, Panawar, Tumbal Leak, Usada Buduh, Usada Rare, Usada Tuju
  1. ITIHASA (WIRACARITA)
  2. Parwa : Astadasaparwa, Calon Arang, Pamuteran Ksirarnawa, Uttara Kanda
  3. Kekawin : Arjuna Wijaya , Arjuna Wiwaha, Barata Yuda, Boma Kawia, Gatotkacasraya, Hariwangsa, Ramayana, Smaradahana, Sumaasantaka
  4. Kidung : Alis Alis Ijo, Jagat Karana, Panji Malat Lasmi, Sri Tanjung, Sudamala
  5. Gaguritan/ Paparikan: Basur, Brayut, Bungkling, Cupak, Durma, Jayaprana, Megantaka, Pakangraras, Sampik, Salya
  1. BABAD
  2. Pamancangah : Pamancangah Dalem, Prasasti- prasasti (Brahmana, Sengguhu, Dukuh,dll)
  3. Babad : Babad Arya Kenceng, Babad Buleleng, Babad Gianyar, Babad Mengwi , Babad Panji, Sakti Wijaya, Babad Pasek, Babad Pasek Gelgel, Babad Rangga Lawe, Babad Usana Bali, Babad Usana Jawa.
  1. TANTRI
  2. Tantri Hindu : Kidung Tantri (Bahasa Tengahan), Ni Diah Tantri (Bahasa Bali Kepara, Tantri Kamandaka (Bahasa Kawi)
  3. Tantri Bali : Gunawati, Lutung Mungil.

Proses Pembuatan dan Penyalinan Lontar

Pengawetan Lontar atau daun siwalan dimulai dari pemetikan daun lontar dari pohonnya sampai penyimpanan setelah ditulisi disimpan dikeropaknya. pengawetan dilakukan secara alamiah dan secara teknik kimiawi. Secara teknik alamiah biasanya dijemur pada sinar matahari, ataupun penyesuaian suhu udara sehingga tidak lembab. Hal ini dilakukan agar pori-pori air mengembang dan menguap dari daun lontar. Bendabenda yang lain

dicampurkan ketika mengawetkannya. Alat-alat pengawet itu seperti ketika merebus daun lontar dipakai sindrong (rempah-rempah), bungsil (buah kelapa yang belum berair), buah padi (gabah), direndam didalam air tawar. Bahan kimiawi biasanya dipakai kapur barus. Alat-alat bantu yang lain darimulai pemrosesan hingga lontar siap ditulisi, seperti landasan parang (pisau), Tempat menjemur, bak air, sepet (sikat dari sabut kelapa), daun traditional agar naskah lontar tidak dimakan rayap. Proses penulisan sendiri menggunakan pisau yang kemudian diusapkan air hasil perasan dari kemiri yang sudah dibakar sebelumnya, kemudian jika sudah dioles cairan kemiri bakar hendaklah daun di lap dan dijemur. Setelah itu lontar disimpan didalam keropak yang disebut naskah.

Pemeliharaan Lontar

  • Membersihkan noda/kotoran

Lontar hendaknya selalu dibersihkan agar terhindar dari debu dan kotor. Pembersihan pada lontar dapat dilakukan dengan menggunakan air dengan bantuan kapas. Lontar juga dapat dibersihkan dengan menggunakan larurtan  ethly alkohol. Bahan kimia ini cukup baik dan  tidak akan merusak tulisan dan aman untuk lontar.

Noda tanah pada lontar dapat dihilangkan dengan  dengan proses dry cleaning yaitu   dengan menggunakan sikat halus dan penghapus. Minyak yang sudah mengering pada lontar sebaiknya dihilangkan  dengan cara  merendam dalam deterjen dan air hangat. Perbaikan kerusakan tidak dapat dilakukan sampai minyak dihapus karena pada saat perbaikan menggunakan perekat dan perekat tidak akan menempel pada permukaan lontar yang berminyak.

  • Membungkus lontar

Untuk melindungi lontar terhadap debu dan pengaruh lingkungan lainnya setelah dibersihkan lontar sebaiknya dibungkus dapat menggunakan kertas bebas asam atau  kain. Biasanya kain yang digunakan berupa kain katun atau menggunakan bahan silk karena secara tradisional dapat berfungsi menghindari dari serangan serangga bookworm.

  • Penyimpanan Lontar

Salah satu cara yang paling penting untuk mencegah kerusakan manuskrip lontar  adalah dengan melakukan  penyimpanan yang benar. Lontar  dapat disimpan dalam kotak-kotak kayu atau kotak yang dibuat dari karton bebas asam dan disimpan didalam kabinet yang khusus. Di dalam kabinet tersebut sebaiknya diletakkan naftalen untuk melindungi dari serangga serta silica gell untuk menjaga agar kelembaban tempat penyimpanan selalu kering. Manuskrip lontar yang sudah tua sebaiknya disimpan disimpan dalam kotak terpisah.  Agar lontar tidak berubah bentuk dilakukan  dengan cara mengikat dengan tali pada bagian tengah lalu dijepit menggunakan kayu dengan ukuran yang lebih tebal dari lontar .

Perbaikan Lontar

  • Tulisan pudar

Lontar yang tulisannya pudar dapat dilakukan penghitaman kembali dengan menggunakan kemiri bakar yang telah ditumbuk halus  sehingga akan keluar minyak dari kemiri tersebut.

  • Lontar kaku/kering.

Pelemasan terhadap lontar dilakukan untuk mengembalikan bentuk lontar sesuai aslinya. Untuk memberikan fleksibilitas pada lontar dapat juga dilakukan dengan meminyaki menggunakan minyak kayu aras, minyak serai, kayu putih cengkeh dan minyak wijen. Tetapi dapat juga digunakan gliserin yang dicampur alkohol dengan perbandingan 1:1. Untuk menjaga kelenturan dapat dilakukan  dengan penguapan selanjutnya di press dengan cara menjepit diantara dua buah kayu.

  • Lontar patah/retak.

Perbaikan lontar yang retak/patah  dilakukan dengan cara menyambung kembali menggunakan tissue Jepang (Japanese tissue) dengan perekat yang digunakan adalah polivinyl asetat (PVA) dan Carboxyl Metil celloluse (CMC). Lontar yang patah juga dapat di enkapsulasi menggunakan plastik polyester (mylar) dengan bantuan double tape sebagai perekat.

DAFTAR PUSTAKA

 Darmono, 2007. Perpustakaan Sekolah (Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja). Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Anonim, Tidak diketahui tanggal postingan, GEDONG KIRTYA SINGARAJA A UNIQUE LONTAR LIBRARY, http://www.northbali.info/culture/gedong_kirtya_singaraja.php, diakses pada tanggal 19 Desember 2016.

Sriwijaya TV, 23 September 2015, Museum Gedong Kirtya Buleleng Koleksi Naskah Lontar Terlengkap, (https://www.youtube.com/watch?v=2Xhd3yy8VkQ), diakses pada tanggal 19 Desember 2016

Igustigedeagung, 25 September 2015,  Gedung/Gedong Kirtya Singaraja Sebagai Situs Cagar Budaya, (http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbali/2015/09/25/gedunggedong-kirtya-singaraja-sebagai-situs-cagar-budaya/), diakses pada tanggal 19 Desember 2016

Ni Putu Wahyu Candra Widhiandari, Juni 2012, Preservasi Naskah Lontar di Perpustakaan Universitas Indonesia, (http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312695-S%2043159-Preservasi%20%20naskah-full%20text.pdf), diakses pada tanggal 19 Desember 2016

Made Ayu Wirayani, Agustus 2011,Konservasi Manuskrip Lontar,  Majalah Visi Pustaka Edisi : Vol. 13 No. 2, (http://perpusnas.go.id/?magazine=konservasi-manuskrip-lontar), diakses pada tanggal 19 Desember 2016